Berawal dari posting-an teman saya, Ucup di facebook tentang Candi yang berada di Kecamatan Karangnongko, saya menjadi penasaran mengunjungi candi ini. Setelah melakukan perudingan Saya, Icha, Kiki dan Nio berkumpul di depan SMA tercinta kami, SMA N 1 Klaten. Kami berangkat pukul 10.00 WIB dari SMA N 1 Klaten menuju ke Candi Merak sekalian jemput si Ucup, Tour Guide kami pagi ini.
Setelah menenpuh perjalan sejauh kurang lebih 3 Km dari rumah Ucup, kami sampai di Candi Merak yang terletak di Dukuh Candi, Kecamatan Karangnongko, Klaten. Tak disangka sangka, sesampainya kami di kompleks Candi, ternyata gerbang candi masih terkunci. Ucup si Tour Guide berusaha mencari informasi dari warga sekitar.
Singkat cerita kami bertemu Pak Slamet, salah seorang warga yang memegang kunci kompleks Candi Merak. Akhirnya kami bisa masuk, terimakasih Pak Slamet.
Menurut cerita dari poster yang terpampang di depan Kompleks candi Candi Merak merupakan candi Hindu. Terbukti dari adanya temuan stupa-stupa di lokasi ini seperti Yoni, Ganesha, Durga(Tuhan umat Hindu) dan Nandi (Kendaraan milik Siva). Candi Merak memiliki ukuran lebar 8,86 m, panjang 13,5 m dan tinggi 12 m. Restorasi bagian kaki dan badan candi dilaksanakan pada tahun 2007-2010 , sedangkan bagian atap candi dapat diselesaikan pada tahun 2011.
Candi Merak, mirip dengan Candi Gedongsongo
Kalau cerita versi Pak Slamet dan beberapa warga lain, kompleks Candi Merak ini dulunya adalah sebidang tanah yang ditumbuhi pohon besar. Nah setelah pohon besar tersebut ditebang dan dibersihkan hingga akarnya, ditemukanlah sekumpulan batu yang mirip materi bangunan candi. Kenapa dinamakan Candi Merak? Menurut Pak Slamet, pada zaman dahulu terdapat sarang burung merak disekitar candi Hindu ini, selain itu beberapa Relief di candi tersebut bebrtuk seperti cap kaki burung merak. Jujur saja, mendengar cerita Pak Slamet, saya langsung membayangkan, flashback ke beratus-ratus tahun sebelum hari ini, tempat ini kaya apa ya dulu? Hmm entahlah, yang jelas Candi Merak ini mulai dilirik wisatawan Mancanegara lhoh.
Ini, Pak Slamet yang uda baik hati nyariin kita kunci
Puas berwisata budaya, perjalanan kami lanjutkan menuju Rumah Durian Ibu Sunarni yang terletak tak jauh dari Candi Merak, sekitar 5 menit perjalanan. Sepanjang jalan yang saya lalui dari Candi Merak menuju Rumah Durian Ibu Sunarni, betebaran pohon durian dimana-mana.
Begitu sampai di halaman rumah Ibu Sunarni, hidung kami serasa ditusuk durian, eh salah, maksud saya bau durian menusuk hidung kami.
icha lagi nyicicipin Duren yang bakal kita pilih
Ternyata Rumah Durian Ibu Sunarni ini cukup terkenal, terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang membeli durian di tempat ini. Setelah melalui pergulatan panjang dengan ibu Sunarni, akhirnya kami memenangkan 3 durian dengan harga 75 ribu.
Hal menarik dari Rumah Durian Ibu Sunarni adalah, kalau durian yang kita pilih ternyata busuk, bisa minta ganti, dan dijamin kualitas di Rumah Durian Ibu Sunarni ini top banget, enaknya kebangetan. Saya yang biasanya Cuma kuat makan dua biji durian sekarang kuat makan berbiji-biji durian. Kita juga bisa memakan durian yang kita pilih, langsung di Rumah Durian tersebut, gratis air minum ko, gratis juga air buat cuci tangan hehe. Oiya buat kamu yang penasaran atau memang hobi minum Jusdur alias Jus Durian, bisa juga pesan disini. Selamat mencoba.
No comments:
Post a Comment