Thursday, January 22, 2015

Saung Angklung Udjo: Usaha Anak Bangsa Melestarikan Budaya

Saung Udjo. Pertama kali mendengar nama tempat ini, saya pikir semacam rumah makan, haha emang dasarnya saya hobi makan yang ada di pikiran makanan mulu. Saya baru paham setelah mbak Lia sang tour guide menjelaskan kepada peserta bahwa Saung Udjo merupakan sebuah sanggar budaya yang menjadikan budaya Sunda khususnya Angklung sebagai daya tarik utama.

Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda. Mendengar penjelasan mbak Lia, saya jadi ga sabar untuk segera sampai di Saung Angklung Udjo dan melihat pertunjukkan alat music khas sunda ini. Akhirnya kami sampai di Saung Angklung Udjo, setelah menempuh perjalanan selama 45menit dari hotel tempat kami menginap. Meskipun terletak di sebuah gang sempit yaitu di jalan Padasuka 118, Bandung Timur, Saung Angklung Udjo ini tetap ramai pengunjung.

Begitu sampai di Saung Angklung Udjo, kami disambut dengan lingkungan asri yang disekitarnya ditumbuhi bambu-bambu hias. Suasana di Saung Udjo ini benar-benar membuat saya merasa adem, sejuk sekali rasanya dikelilingi pohon bambu dan beberapa pohon rimbun lainnya. Sambil menanti pertunjukkan yang akan dimulai pukul 10.00 WIB pengunjung dibagikan es lilin aneka rasa, dan lagi- lagi gratis hehe. Pengunjung juga dapat membeli oleh-oleh di Saung Udjo ini, untuk harga memang dibandrol agak tinggi, namun jangan khawatir dengan kualitasnya, pasti oke pokoknya. Nah, asiknya lagi disini kita juga dapat mencoba memainkan angklung yang ada di Galery Saung Udjo sambil menanti pertunjukkan dimulai.

Hmm nampak depan aja uda asik gini suasananya

Pukul 10.00 WIB pertunjukkan angklung pun dimulai, dibuka dengan pertunjukkan wayang golek selama 15 menit. Meskipun singkat namun tetap memukau. Ditengah pertujukkan, layar yang menutupi kaki sang dalang dibuka, jadi kami dapat melihat bagaimana sang dalang dengan cekatan memainkan tangan dan kakinya secara bersamaan untuk menggerakan boneka kayu dan memberikan efek music pada setiap adegannya.

Ini nih Si Cepot lagi beraksi

Setelah memukau penonton dengan pertunjukkan wayang golek dengan bahasa sunda yang kental, kini penonton dimanjakan dengan alunan beberapa lagu daerah Sunda. Tidak cukup sampai disitu saja keseruan yang disajikan, penonton dibuat terpukau ketika anak-anak kecil berusia 2 hingga 8 tahun muncul dari belakang panggung dan kemudian menari di tengah panggung diikuti beberapa remaja memainkan angklung, beberapa diantaranya tampak menandu anak kecil yang mengenakan pakain khas sunda dan memakai sarung. Pertunjukkan tersebut merupakan gambaran upacara selamatan bagi anak kecil yang baru saja disunat.
Belum hilang rasa gemas para penonton terhadap anak-anak kecil yang menari diatas panggung. Kini penonton disuguhi sajian lagu-lagu daerah dari seluruh nusantara yang dimainkan oleh seluruh siswa di Saung Udjo, kolaborasi antara siswa Junior dan Senior. Penonton ikut bernyanyi bersama alunan merdu dari Angklung yang dimainkan tanpa teks tersebut.
Gemes deh

Selesai dengan lagu daerah Nusantara, kini penonton dihajar dengan alunan lagu bernada diatonis, beberapa lagu pop dan dangdut di sajikan, sang MC pun ikut menyanyi bersama penonton. Puas bernyanyi, kini saatnya penonton mencoba belajar memainkan Angklung. Putra-putri Sunda mulai membagikan Angklung kepada peserta.

Pelajaran pertama, penonton diajarkan bagaimana cara memegang Angklung dengan benar. Dilanjutkan dengan cara membunyikan Angklung. Tidak kalah menarik lagi ketika penonton diajak untuk memainkan lagu sederhana, setiap Angklung yang dipegang oleh penonton ternyata memiliki nomor, nomor pada angklung menunjukkan nada yang dimiliki oleh Angklung tersebut. Teh Katty yang merupakan MC pada pertunjukkan kali ini, memberikan kode dengan tangan untuk memainkan lagu Ibu kita Kartini. Teh Katty yang sudah belajar Angklung selama 17 tahun ini, terlihat sangat fasih memberikan kode bagi penonton saat memainkan lagu I Have a Dream dan Ada Apa Denganmu.

Pertunjukkan pagi itu ditutup dengan menyanyikan lagu dangdut yang membuat seluruh penonton turun memadati panggung untuk bergoyang dan bernyanyi bersama. Sungguh sebuah pertujukkan yang sangat hebat.
Salah satu hal yang membuat saya salut,pertunjukkan di Angklung Udjo ini sudah di desain sedemikian rupa sehingga tidak terkesan jadul, sisi modern tetap diangkat dengan mendaulat MC yang memiliki public speaking yang keren dan kemampuan berbahasa inggris yang ga perlu diragukan lagi, kesan tradisional diangkat lewat wardrobe yang dikenakan oleh MC dan penampil lainnya. ga heran kalo Saung Udjo ini uda meraih prestasi tingkat Internasional.

Hal lain yang membuat saya menjadi lebih kagum lagi adalah, siswa di sanggar ini terdiri dari berbagai tingkatan usia, dari yang paling muda berumur 2 tahun hingga yang sudah dewasa seperti Teh Katty yang menjadi MC pada pertunjukkan kali. Ini baru saya sebut sebagai pelestarian budaya, apalagi siswa di sanggar ini rela untuk sekolah sore demi belajar budaya khas sunda ini di pagi harinya. Tampaknya Indonesia butuh lebih banyak generasi seperti mereka untuk mengangkat budaya Negeri ini.

No comments:

Post a Comment